Minggu, 15 Maret 2015

Pengujian Dalam Beton Segar Slump Test



Slump pada dasarnya merupakan salah satu pengetesan sederhana untuk mengetahui workability beton segar sebelum diterima dan diaplikasikan dalam pekerjaan pengecoran.
 Workability beton segar pada umumnya diasosiasikan dengan :
  • Homogenitas atau kerataan campuran adukan beton segar (homogenity)
  • Kelekatan adukan pasta semen (cohesiveness)
  • Kemampuan alir beton segar (flowability)
  • Kemampuan beton segar mempertahankan kerataan dan kelekatan jika dipindah dengan alat angkut (mobility)
  • Mengindikasikan apakah beton segar masih dalam kondisi plastis (plasticity)

Namun selain besaran nilai slump, yang harus diperhatikan untuk menjaga kelayakan pengerjaan beton segar adalah tampilan visual beton, jenis dan sifat keruntuhan pada saat pengujian slump dilakukan.

Slump beton segar harus dilakukan sebelum beton dituangkan dan jika terlihat indikasi plastisitas beton segar telah menurun cukup banyak, untuk melihat apakah beton segar masih layak dipakai atau tidak.

Pengukuran slump dilakukan dengan mengacu pada aturan yang ditetapkan dalam 2 peraturan standar :
Picture
Picture
Picture
Terdapat sedikit perbedaan pada dua peraturan tersebut, sehingga pengukuran slump harus dilakukan sesuai peraturan atau standar yang ditetapkan dalam RKS (Spesifikasi Teknis) atau yang disetujui oleh Pengawas Proyek

Berdasar PBI 1971 N.I.-2

Pengukuran slump berdasar peraturan ini dilakukan dengan alat sebagai berikut :
 a.  Kerucut Abrams :
  • Kerucut terpancung, dengan bagian atas dan bawah terbuka
  • Diameter atas 10 cm
  • Diameter bawah 20 cm
  • Tinggi 30 cm
 b.  Batang besi penusuk :
  • Diameter 16 mm
  • Panjang 60 cm
  • Ujung dibulatkan
 c.  Alas : rata, tidak menyerap air
Picture
Picture
Berdasar SNI 1972:2008

Pengukuran slump berdasar peraturan ini dilakukan dengan alat sebagai berikut :
 a.  Kerucut Abrams :
  • Kerucut terpancung, dengan bagian atas dan bawah terbuka
  • Diameter atas 102 mm
  • Diameter bawah 203 mm
  • Tinggi 305 mm
  • Tebal plat min 1,5 mm
 b.  Batang besi penusuk :
  • Diameter 16 mm
  • Panjang 60 cm
  • memiliki salah satu atau kedua ujung berbentuk bulat setengah bola dengan diameter 16 mm
 c.  Alas : datar, dalam kondisi lembab, tidak menyerap air dan kaku
Picture

Langkah pengujian :
a.      Kerucut Abrams diletakkan di atas bidang alas yang rata dan 
            tidak menyerap air
b.      Kerucut diisi adukan beton sambil ditekan supaya tidak 

            bergeser
c.      Adukan beton diisikan dalam 3 lapis, masing-masing diatur 

            supaya sama tebalnya (1/3 tinggi kerucut Abrams)
d.      Setiap lapis ditusuk-tusuk dengan batang penusuk 

             sebanyak 10 kali
e.      Setelah selesai, bidang atas diratakan
f.        Dibiarkan ½ menit (sambil membersihkan sisa jatuhan 

             beton di samping kerucut Abrams)
g.      Kerucut ditarik vertikal ke atas dengan hati-hati – tidak boleh 

            diputar atau ada gerakan menggeser selama menarik
            kerucut
h.      Diukur penurunan puncak beton segar yang diuji slump-nya

Picture
cara penusukan dan pengangkatan

Langkah pengujian :
a.      Kerucut Abrams (cetakan) dibasahi, ditempatkan di atas 
            permukaan yang datar, dalam kondisi lembab, tidak 
            menyerap air dan kaku
b.      Pengisian cetakan dibagi 3 kali, masing-masing sekitar 1/3 

            volume cetakan – tiap lapis dipadatkan dengan 25 kali 
            tusukan secara merata dan menembus ke lapis 
            sebelumnya/di bawahnya – namun tidak boleh menyentuh 
            dasar cetakan
c.      Lapis terakhir dilebihkan pengisiannya – setelah dipadatkan

            lalu diratakan dengan menggelindingkan batang penusuk di 
            atasnya
d.      Segera setelah permukaan atas beton diratakan, cetakan 

             diangkat dengan kecepatan 3-7 detik, diangkat lurus vertikal 
              tidak boleh diputar atau digeser ke samping selama 
            mengangkat kerucut
e.      Seluruh proses dari awal sampai selesainya pengangkatan 

            cetakan tidak boleh lebih lama dari 2,5 menit
f.       Letakkan cetakan di samping beton yang diuji slump-nya 

            (boleh diletakkan dibalik posisinya) dan ukur nilai slump : 
            penurunan permukaan atas beton pada posisi titik tengah 
            permukaan atasnya
g.      Jika terjadi  kegagalan slump (tidak memenuhi kisaran 

            slump yang disyaratkan, keruntuhan benda uji termasuk 
            keruntuhan geser), maka pengujian diulang- maksimal 3 
            kali, jika masih gagal maka beton dinyatakan tidak 
            memenuhi syarat dan ditolak
h.      Syarat variasi pengukuran yang memenuhi syarat dari 3 
            pengukuran : minimum 2 memenuhi syarat dengan selisih 
            pengukuran tidak lebih dari 21 mm.

Penyimpangan nilai slump dari nilai yang direkomendasikan, diijinkan apabila terbukti dan dipenuhi :
a.       Beton tetap dapat dikerjakan dengan baik
b.      Tidak terjadi pemisahan dalam adukan beton segar
c.       Mutu beton yang disyaratkan tetap terpenuhi


Rekomendasi nilai slump untuk pemakaian beton segar pada elemen-elemen struktur untuk mendapatkan workability yang diperlukan :
Picture
Klik tabel untuk memperbesar
Referensi : Tabel 4.4.1 (PBI 1971 N.I.-2)

SNI 1972:2008 tidak memberikan acuan nilai slump – karena SNI ini merupakan panduan cara pengujian slump

Perbedaan antara PBI 1971 N.I.-2 dan SNI 1972:2008 pada keruntuhan slump :
Picture
  • PBI 1971 N.I.-2 mengijinkan slump geser dan diukur rata-rata seberti gambar b di atas
  • SNI 1972:2008 menggolongkan slump geser sebagai keruntuhan yang tidak diijinkan 
(karena mengindikasikan kurangnya plastisitas beton atau kurangnya kohesi adukan pa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar